Cari Blog Ini

Senin, 16 Agustus 2010

SOLUTIO

SOLUTIO (LARUTAN)
 Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling (aquadest) kecuali dinyatakan lain. Larutan dapat terjadi apabila zat padat bersinggungan dengan zat cair, maka zat padat akan terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Dalam farmasi dikenal istilah zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
Solvent yang sering digunakan dalm pembuatan larutan adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol
3. Gliserin,misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat
5. Minyak, misalnya untuk kampfer dan menthol
6. Paraffin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak – minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah, untuk minyak – minyak lemak.
 Faktor yang mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula begitu juga sebaliknya. Misalnya garam anorganik larut dalam air, Alkaloida basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelaruran dari suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut lain. Misalnya luminal tidak laruta dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin – etanol (solutio petit)

3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikt pelarut, zat yang sukar larut akan memerlukan banyak pelarut.
Zat yang larut dalam air
1. Semua garam klorida larut, kecualii AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base (bismuthi subnitrat)
3. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
Zat yang tidak larut dalam air
1. Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3
2. Semua oksida dan hiroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH. NH4OH, BaO dan Ba(OH)2
3. Semua garam phosphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas = larutan.
Zat lain justru dengan kenaikan suhu atau temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakn bersifat eksoterm, karena proses kelarutannya menghasilkan panas.




Berdasarkan pengaruh tersebut maka ada beberapa sediaan farmasi yang tidak boleh dipanaskan, misalnya:
a. Zat atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b. Zat yang terurai, misanya natrii bicarbonas
c. Saturatio, akan menyebabkan gasnya hilang
d. Senyawa-senyawa calsium, misalnya aqua calcis
5. Salting out (pengurangan kelarutan)
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuk endapan karena ada reaksi kimia. Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam. Peristiwa ini, dalam praktek digunakan pada pembuatan sabun natrium.
Contoh :
 Reaksi antara papaverin HCl dengan solutio charchot (KBr, NH4Br, NaBr) menghasilkan endapan papaverin base.
 Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air ditambahkan larutan NaCl jenuh. Kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
6. Salting in
Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contoh : Riboflavin (Vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4).



7. Pembentukan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengn membentuk garam kompleks.
Contoh : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI + I2 KI3
HgI2 + 2 KI K2HgI4

 Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
 Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan solute yang kontak denagn solvent, solute makin cepat larut.
 Suhu : umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
 Pengadukan
Cara mengerjakan obat dalam larutan :
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya, diantaranya adalah :
1. Natrium bicarbonas, dilakukan dengan cara gerus tuang (adsliben)
2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas,.
Na bic digerus tuang, ditambah natrium salicylas, untuk mencegah perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrofosfat sebanyak 0.25% dari berat larutan.
3. Sublimat (HgCl@0 untuk obat tetes mata dilakukan dengan pemanasan atau dikocok – kocok dalam air panas, setelah dingin disaring. NaCl dapat meningkatkan lekarutan Sublimat, tetapi menurunkan daya bakterisidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata 1 : 4000
4. Kalium Permanganat (KmnO4), dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemansan terbentuk batu kawi (MnO2), setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa disaring dengan gelas wool.
5. Seng klorida, dilarukan denagn air sekaligus, kemudian disaring. Jika airnya sedikit demi sedikit akan terbentuk seng oksi klorid sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air , tamabahkan asam salisialt dan sisa air dan disaring.
6. Kamfer, dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) sebanyak 2x berat kamfer, dalam botol kering kocok – kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7. Tanin, mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tanin menghasilkan oksidasi jika dilarutkan dalam air, tidak larut dalam gliserin, sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dnegan kapas yang dibasahkan. Jika terdapat air dan gliserin, larutkan tanin dalam air, kocok dan tambahkan gliserin.
8. Extract Opii dan extract ratnhiae, dilarutkan dnegan cara ditaburkan dalam air sama banyak (aa), diamkan ¼ jam.
9. Ag.Protein dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan ¼ jam ditempat gelap.
10. Succus Liquiritae :
a. gerus tuang (adsliben), bila jumlah kecil
b. merebus atau memanaskannya hingga larut.
11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas. Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Bila air tidak cukup, maka disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
12. Codein :
a. Direbus dengan air 20 x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
b. Dengan alkohol 96% sampai larut, encerlan dengan air.
c. Diganti HCl Codein sebanyak 1,17 x nya.


13. Bahan – bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dnegan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 cc.
15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 x nya kemudian ditambhakan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000
Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air.
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak.
Cara :
a. Dilarutkan denagn pemansan sambil digoyang – goyangkan
b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminum.

Macam – macam sediaan larutan obat :
Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiaannya dibedakan atas ;
I. Larutan Oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air.
a. Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.



b. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagi pelarut digunakan campuran air – etanol.
Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Eliksir juga ditambahkan glyserol sorbitol atau propilenlikol, sebagai pengganti gula digunkan sirup gula.
c. Sirup
macam – macam sirup ada 3 yaitu :
1. Sirup Simplex : mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0.25% b/v.
2. Sirup Obat : mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi : tidak menagndung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup bertujuan untuk menutup rasa atau bau yang tidak enak.
d. Netralisasi, Saturasi dan Potio Effervescent
Netralisasi adalah sediaan yang dibuat denagn mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdallas Ammonicus.
Cara pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan denagn bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemansan.
Saturatio adalah sediaan yang dibuat denagn mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas CO2.
Pembuatan :
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air. Misalnya NaHCo3 digerus tuang kemudian masukkan ke dalam botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air.
3. 2/3 bagian asam masuk ke basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati- hati lewat tepi botol, segera ditutup dengan sampagene knop sehingga gas tertahan.
Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Pembuatan : Langkah 1 dan 2 sama dengan saturatio
Langkah ke 3 seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati – hati, segera tutup denagn sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunkan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat dan kadang – kadang dimaksudkan untuk mneyegarkan rasa minuman (Corrigensia)
Hal – hal yang diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent :
-. Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus tau karet yang rapat. Kemudian diidkat denagn sampagne knop.
-. Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan bahan
` Zat yang dilarutkan dalam bagaian asam
a. Zat netral dalam jumlah kecil
Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagaian lagi dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya
b. Zat yang mudah menguap
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloida
d. Sirup
` Zat yang dilarutkan dalam bagaian basa
a. Garam dari asam yang sukar larut, misalnya natrii benzoas, natrii salisilas
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam kalium dan ammonium harus ditambahkan ke dalam bagian basanya, bila tidak akan terbentuk endapan kalium dan amonium dari asam tartrat. Dapat melihat tabel penjenuhan (saturasi dan netralisasi) dalam Ph. Ned Ed V
e. Guttae (drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau supensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam
LARUTAN TOPIKAL
a. Collyrium
b. Guttae Opthalmicae
c. Gargarisma
d. Litus Oris
e. GuttaeOris
f. Guttae nasales
g. Inhalationes
h. Injectiones
i. Lavement
j. Douche
k. Ephithema/ obat kompres
PERHITUNGAN FARMASI
Perhitungan farmasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) macam;
a. Hitungan farmasi non etanol
Dapat menggunakan 2 cara yaitu Aligatie dan permisalan
b. Hitungan farmasi etanol
Syarat dilakukan perhitungan farmasi etanol adalah :
1. Perhitungan tidak bisa dilakukan dengan cara aligatie
2. Perhitungan tidak bisa dilakukan dengan satuan volume, jadi harus diubah semua dalam bentuk satuan berat
3. Apabila dilakukan pencampuran etanol dengan kadar dan BJ yang berbeda maka kan terjadi penyusutan volume (kontraksi volume)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar