Cari Blog Ini

Selasa, 17 Agustus 2010

Setiap Wanita itu cantik.....

Seorang anak laki-laki bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?""Karena aku seorang wanita," dia berkata kepada anaknya."Aku tidak mengerti," jawab anak laki-laki tersebut. Sang ibu memeluk anaknya dan berkata "Dan kau tidak akan pernah mengerti"Kemudian anak laki-laki tersebut bertanya kepada ayahnya "Mengapa ibu menangis tanpa ada alasan?""Semua wanita menangis tanpa ada alasan," hanya itu yang bisa dikatakan ayahnya.Anak laki-laki itu tumbuh dan menjadi seorang laki-laki dewasa, dan tetap merasa heran mengapa wanita menangis.Akhirnya dia menelepon Tuhan, dan ketika sudah terhubung, dia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"Tuhan berkata "Aku menciptakan wanita istimewa. Aku menciptakan baginya bahu yang kuat untuk memikul beban dunia, tapi begitu lembut sehingga dapat memberikan kenyamanan.""Aku memberinya kekuatan untuk melahirkan dan menahan penolakan yang kerap muncul dari anak-anaknya""Aku memberinya keteguhan yang membuatnya dapat tetap bertahan di saat semua orang sudah menyerah, dan tetap memperhatikan keluarganya tanpa mengeluh saat sedang lelah maupun sakit.""Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun, meskipun mereka menyakitinya.""Aku memberinya kekuatan untuk bisa memaklumi kesalahan-kesalahan suaminya, menciptakannya dari tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya""Aku memberinya kearifan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak akan pernah menyakiti istrinya, tetapi kadang-kadang menguji kekuatan dan ketetapan hatinya untuk tetap teguh mendampingi suaminya""Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dicurahkan. Ini khusus miliknya untuk digunakan kapanpun diperlukan.""Kau lihat: Kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, penampilan fisiknya, atau cara dia menyisir rambutnya.""Kecantikan seorang wanita dapat dilihat melalui matanya, karena mata adalah pintu menujuhatinya, tempat dimana cinta bersemayam."Setiap Wanita Cantik

Senin, 16 Agustus 2010

SOLUTIO

SOLUTIO (LARUTAN)
 Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling (aquadest) kecuali dinyatakan lain. Larutan dapat terjadi apabila zat padat bersinggungan dengan zat cair, maka zat padat akan terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Dalam farmasi dikenal istilah zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
Solvent yang sering digunakan dalm pembuatan larutan adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol
3. Gliserin,misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat
5. Minyak, misalnya untuk kampfer dan menthol
6. Paraffin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak – minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah, untuk minyak – minyak lemak.
 Faktor yang mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula begitu juga sebaliknya. Misalnya garam anorganik larut dalam air, Alkaloida basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelaruran dari suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut lain. Misalnya luminal tidak laruta dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin – etanol (solutio petit)

3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikt pelarut, zat yang sukar larut akan memerlukan banyak pelarut.
Zat yang larut dalam air
1. Semua garam klorida larut, kecualii AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base (bismuthi subnitrat)
3. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
Zat yang tidak larut dalam air
1. Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3
2. Semua oksida dan hiroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH. NH4OH, BaO dan Ba(OH)2
3. Semua garam phosphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas = larutan.
Zat lain justru dengan kenaikan suhu atau temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakn bersifat eksoterm, karena proses kelarutannya menghasilkan panas.




Berdasarkan pengaruh tersebut maka ada beberapa sediaan farmasi yang tidak boleh dipanaskan, misalnya:
a. Zat atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b. Zat yang terurai, misanya natrii bicarbonas
c. Saturatio, akan menyebabkan gasnya hilang
d. Senyawa-senyawa calsium, misalnya aqua calcis
5. Salting out (pengurangan kelarutan)
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuk endapan karena ada reaksi kimia. Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam. Peristiwa ini, dalam praktek digunakan pada pembuatan sabun natrium.
Contoh :
 Reaksi antara papaverin HCl dengan solutio charchot (KBr, NH4Br, NaBr) menghasilkan endapan papaverin base.
 Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air ditambahkan larutan NaCl jenuh. Kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
6. Salting in
Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contoh : Riboflavin (Vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4).



7. Pembentukan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengn membentuk garam kompleks.
Contoh : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI + I2 KI3
HgI2 + 2 KI K2HgI4

 Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
 Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan solute yang kontak denagn solvent, solute makin cepat larut.
 Suhu : umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
 Pengadukan
Cara mengerjakan obat dalam larutan :
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya, diantaranya adalah :
1. Natrium bicarbonas, dilakukan dengan cara gerus tuang (adsliben)
2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas,.
Na bic digerus tuang, ditambah natrium salicylas, untuk mencegah perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrofosfat sebanyak 0.25% dari berat larutan.
3. Sublimat (HgCl@0 untuk obat tetes mata dilakukan dengan pemanasan atau dikocok – kocok dalam air panas, setelah dingin disaring. NaCl dapat meningkatkan lekarutan Sublimat, tetapi menurunkan daya bakterisidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata 1 : 4000
4. Kalium Permanganat (KmnO4), dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemansan terbentuk batu kawi (MnO2), setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa disaring dengan gelas wool.
5. Seng klorida, dilarukan denagn air sekaligus, kemudian disaring. Jika airnya sedikit demi sedikit akan terbentuk seng oksi klorid sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air , tamabahkan asam salisialt dan sisa air dan disaring.
6. Kamfer, dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) sebanyak 2x berat kamfer, dalam botol kering kocok – kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7. Tanin, mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tanin menghasilkan oksidasi jika dilarutkan dalam air, tidak larut dalam gliserin, sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dnegan kapas yang dibasahkan. Jika terdapat air dan gliserin, larutkan tanin dalam air, kocok dan tambahkan gliserin.
8. Extract Opii dan extract ratnhiae, dilarutkan dnegan cara ditaburkan dalam air sama banyak (aa), diamkan ¼ jam.
9. Ag.Protein dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan ¼ jam ditempat gelap.
10. Succus Liquiritae :
a. gerus tuang (adsliben), bila jumlah kecil
b. merebus atau memanaskannya hingga larut.
11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas. Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Bila air tidak cukup, maka disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
12. Codein :
a. Direbus dengan air 20 x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
b. Dengan alkohol 96% sampai larut, encerlan dengan air.
c. Diganti HCl Codein sebanyak 1,17 x nya.


13. Bahan – bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dnegan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 cc.
15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 x nya kemudian ditambhakan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000
Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air.
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak.
Cara :
a. Dilarutkan denagn pemansan sambil digoyang – goyangkan
b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminum.

Macam – macam sediaan larutan obat :
Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiaannya dibedakan atas ;
I. Larutan Oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air.
a. Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.



b. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagi pelarut digunakan campuran air – etanol.
Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Eliksir juga ditambahkan glyserol sorbitol atau propilenlikol, sebagai pengganti gula digunkan sirup gula.
c. Sirup
macam – macam sirup ada 3 yaitu :
1. Sirup Simplex : mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0.25% b/v.
2. Sirup Obat : mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi : tidak menagndung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup bertujuan untuk menutup rasa atau bau yang tidak enak.
d. Netralisasi, Saturasi dan Potio Effervescent
Netralisasi adalah sediaan yang dibuat denagn mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdallas Ammonicus.
Cara pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan denagn bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemansan.
Saturatio adalah sediaan yang dibuat denagn mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas CO2.
Pembuatan :
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air. Misalnya NaHCo3 digerus tuang kemudian masukkan ke dalam botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air.
3. 2/3 bagian asam masuk ke basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati- hati lewat tepi botol, segera ditutup dengan sampagene knop sehingga gas tertahan.
Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Pembuatan : Langkah 1 dan 2 sama dengan saturatio
Langkah ke 3 seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati – hati, segera tutup denagn sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunkan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat dan kadang – kadang dimaksudkan untuk mneyegarkan rasa minuman (Corrigensia)
Hal – hal yang diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent :
-. Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus tau karet yang rapat. Kemudian diidkat denagn sampagne knop.
-. Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan bahan
` Zat yang dilarutkan dalam bagaian asam
a. Zat netral dalam jumlah kecil
Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagaian lagi dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya
b. Zat yang mudah menguap
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloida
d. Sirup
` Zat yang dilarutkan dalam bagaian basa
a. Garam dari asam yang sukar larut, misalnya natrii benzoas, natrii salisilas
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam kalium dan ammonium harus ditambahkan ke dalam bagian basanya, bila tidak akan terbentuk endapan kalium dan amonium dari asam tartrat. Dapat melihat tabel penjenuhan (saturasi dan netralisasi) dalam Ph. Ned Ed V
e. Guttae (drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau supensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam
LARUTAN TOPIKAL
a. Collyrium
b. Guttae Opthalmicae
c. Gargarisma
d. Litus Oris
e. GuttaeOris
f. Guttae nasales
g. Inhalationes
h. Injectiones
i. Lavement
j. Douche
k. Ephithema/ obat kompres
PERHITUNGAN FARMASI
Perhitungan farmasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) macam;
a. Hitungan farmasi non etanol
Dapat menggunakan 2 cara yaitu Aligatie dan permisalan
b. Hitungan farmasi etanol
Syarat dilakukan perhitungan farmasi etanol adalah :
1. Perhitungan tidak bisa dilakukan dengan cara aligatie
2. Perhitungan tidak bisa dilakukan dengan satuan volume, jadi harus diubah semua dalam bentuk satuan berat
3. Apabila dilakukan pencampuran etanol dengan kadar dan BJ yang berbeda maka kan terjadi penyusutan volume (kontraksi volume)

SUSUPENSI

SUSPENSI
 Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang tedispersi dalam fase cair
Dalam dunia farmasi dikenal beberapa istilah suspensi :
a. Suspensi oral
Sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujuka untuk pengobatan peroral. Sediaan ini disebut dengan ”untuk suspensi oral”. Contohnya: Antibiotika
b. Suspensi topikal
Sediaan cair yang mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi ini diberikan etikey sebagai ”lotio” contohnya: Lotio kumerfeldi
c. Suspensi tetes telinga
Sediaan cair yang mengandung partikel halus yang ditujukan untk diteteskan ke dalam telinga
d. Suspensi opthalmic
Sediaan cair steril yang mengandung partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
e. Suspensi untuk injeksi
Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan spinal, karena akan terjadi penyumbatan vena
f. Suspensi injeksi terkonstitusi
Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai
STABILITAS SUSPENSI
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang pertikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan ke atas merupakan hubungan limier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama), sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan meperkecil ukuran partikel
2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu caiarn maka kecepatan alirannya akan semakin kecil (turun)
HUKUM STOKES
d2 (p – po) g
V= --------------------------
n
Keterangan :
V : Kecepatan Aliran
d : diameter dari partikel
p : Berat jenis dari partikel
po : Berat jenis cairan
g : Gravitasi
n ; Viskositas cairan

3. Jumlah partikel (Konsentrasi)
Semakin besar konsentrasinya maka akan semakin cepat untuk mengendap. Stabilitas ini tidak bisa diubah atau dikendalikan
4. Sifat/ muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena bahan tersebut merupan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya
BAHAN PENSUSPENSI
1. Bahan pensuspensi yang berasal dari alam
Golongan gom
a. Acasia
b. Chondrus
c. Tragacanth
d. Algin
Golongan bukan gom (tanpa preservative)
2. bahan pensuspensi yang berasal dari buatan
a. derivat selulosa (CMC, hidroksi metik selulosa)
b. Golongan organik polimer (Carbophol 934)
CARA MENGERJAKAN SUSPENSI
1. METODE PEMBUATAN SUSPENSI
a. metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk dengan vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar untuk dibasahi. Mudah atau sukarnya serbuk utnuk dibasahi tergantung besarnya sudut kontak atara zat terdispersi dengan medim. Bila sudut kontak kurang lebih 900 serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menrunkan tegangan permukaan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent
b. metode praesipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensusupensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan oraganik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, polietilenglikol
2. SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI
a. sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake, dan mudah tersuspensi kembali
b. sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sendimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali
SIFAT DARI PARTIKEL FLOKULASI DAN DEFLOKULASI
DEFLOKULASI
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan terbentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu yang relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan yang diatasnya berkabut
FLOKULASI
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimen terjadi cepat
3. Sedimen terbentuk cepat
4. Sedimen tidak terbentuk cake yang keras dan padat dan mucdah terdispersi kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata
FORMULASI SUSPENSI
Membuat suspensi stabil secara fisik ada 2 kategori yaitu :
1. Penggunaan ”structured vehicle’ untuk menjaga paretikel deflokulasi dalam suspensi, structured vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dll
2. Penggunaan prisip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali
Pembuatan suspensi sistem flokulasi adalah ;
1. pertikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
2. lalu ditambahkan zat pemflokulasi, biasanya berupa lartuan elektrolit, surfaktan atau polimer
3. diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir
4. apabila dikehendaki agar flok yan terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Misalnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat mini base.

BAHAN PENGAWET
Penambahanbahan lain dapat dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, anatara lain penambahan pengawet terutama untuk hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.

PENILAIAN SUSPENSI
1. VOLUME SEDIMENTASI
Aadalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vo) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo)sebelum mengendap
2. DERAJAT FLOKULASI
Adalah ratio volume sedimen akhir dari suspensi flokulaso (Vu) terhadap sedimen akhrir suspensi deflokulasi (Voc)
3. METODE REOLOGI
Berhubungan debgan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan
4. PERUBAHAN UKURAN PARTIKEL
Digunakan cara Frezze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal

EMULSI

EMULSI
 Pengertian
Emulsi merupakan sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, dengan warna emulsi adalah putih.
Pada pertengahan abad XVIII, ahli farmasi memeperkenalkan adanya pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol iol dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar yang disebut emulsi spuria atau emulsi buatan
KOMPONEN EMULSI
Emulsi terdiri dari 2 macam golongan yaitu :
1. Komponen dasar
adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :
◊ fase dispers/ fase internal/ fase diskontinue/ fase dalam
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain
◊ fase kontinue/ fase external/ fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut
◊ Emulgator
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), antioksidan, zat pengental
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat dll
Bahan pengawet dapat mencegah pertumbauhan atau menghindari pertumbuhan mikroorganisme
Antioksidan berfungi sebagai bahan pencegah terjadinya oksidasi yang digunakan antara lain asam askorbat, L-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat
Corrigen odoris misalnya minyak atsiri, oleum citri
Emulsi dengan bahan pelarut air yang paling banyak akan rentan dengan bakteri karena bahan air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri

TIPE EMULSI
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal dan eksternal, maka emulsi dapat digolongkan menjdai 2 macam yaitu
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) Atau A/M (air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external
TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran 2 cairan yang saling tidak bisa saling bercampur
Tujuan pemakaian emulsi adalah:
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe o/w
Contohnya: Laxativa (oleum cocos, oleum ricini)
Scott’s Emulsion(Vit A dan Vit D)
2. Dipergunakan sebagai obat luar
Bisa tipe emulsi o/w maupun w/o tergantung dari banyaknya faktor yang mempengaruhinya meliputi sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki
Contohnya: Bentuk sediaan kosmetika (hand body lotion, susu pembersih dll)
TEORI TERBENTUKNYA ATAU TERJADINYA EMULSI
1. TEORI TEGANGAN PERMUKAAN (Surface tension)
Molekul memilki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut sebagai daya kohesi, selain itu mulekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut daya kohesi
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan tejadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan (surface tension)
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara 2 (dua) cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial film).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo)
Teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator yang akan menurunkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
Semakin besar tegangan permukaan, semakin tinggi tegangan bidang batasnya, sehingga jika semakin tinggi tegangan bidang batasnya, maka semakin sulit untuk bercampur
2. TEORI ORIENTASI BENTUK BAJI (Oriented wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi 2 (dua) kelompok:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada air
b. Kelompok lipofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada minyak
Semua jenis emulgator yang memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan dikenal dengan istilah hidrofil lipofil balance (HLB), Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil
3. TEORI INTERPARSIAL FILM
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai:
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
b. Jumlah cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera
Teori ini emulgator akan menyelubungi fase dispers
Mayoritas tipe emulsi yang dibentuk adalah o/w
4. TEORI ELECTRIC DOUBLE LAYER (Lapisan listrik rangkap)
Teori ini tanpa adanya emulgator
Jika minyak terdispers ke dalam permukaan air, lapisan air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara di bawah ini,
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
b. Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya

BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
◊ Emulgator Alam
Yaitu emulgator yang berasal dan dipeoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Contohnya: Gom arab, tragacanth, agar-agar, chondrus, emulgator lain (pektin, metil selulosa, karboksimetil sellulosa)
2. Emulgator alam dari hewan
Contohnya: Kuning telur, adeps lanae
3. Emulgator alam dari tanah mineral
Contohnya: Magnesium aluminium silikat/veegum, Bentonit
◊ Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20, 40, 60, 80
3. Span 20, 40, 80
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi
a. Anionik : Sabun alkiali, Na lauryl sulfat
b. Kationik : Senyawa amonium kuarterner
c. Non ionik : Tween, span
d. Amfoter : Protein, lesitin



CARA PEMBUATAN EMULSI
Ada tiga metode pembuatan emulsi
1. Metode gom kering atau metode kontinental
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab dicampur dengan minyak terlebih dahulu kemudian ditambahkan air untuk pembentukkan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia
2. Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umunya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air
3. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air. Minyak dimasukkan botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
Alat yang dipakai dalam pembuatan emulsi
1. Mortir dan stamper
2. Botol
3. Mixer dan blender
4. Homogeniser
5. Colloid mill
CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI
1. Pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak

2. Pengecatan/ pemberian warna
Zat warna yang digunakan akan tersebar merat dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase externalnya dari emulsi tersebut
Emulsi + larutan sudan III akan memberi warna merah pada emulsi tipe o/w, karena sudan III larut dalam minyak
Emulsi + larutan methilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe w/o karena larutan methilen blue larut dalam air
Semua dilakukan dengan alat bantu mikroskop
3. Kertas saring
Bila emulsi diencerkan dan diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsio/w dan bila timbul noda minyak pada kertas saring maka tipe emulsi w/o
4. Konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K1/2 watt lampu neon ¼ watt semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o

KESTABILAN EMULSI
1. Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi 2 bagian lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak dibandingkan lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya akan terdispersi kembali apabila dikocok perlahan-lahan
2. Koalesen atau cracking
Peristiwa pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen ( menyatu). Sifatnya irreversibel artinya tidak bisa kembali)

Hali ini disebabkan oleh:
Perubahan kimia seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan garam elektrolit
Perubahan fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
3. Inversi
Peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o.w atau sebaliknya. Sifatnya irreversibel